Mungkin judul postingan kali ini agak berlebihan tapi mungkin seperti itulah adanya. Tadi siang aku memang berniat untuk menyetrika semua bajuku yang sudah menggunung setelah berminggu-minggu aku nggak pernah setrika. Maklum aku memang paling males kalo urusan setrika karena menyita banyak aktu dan lumayan membuat berkeringat dan capek. Alhasil, tumpukan baju yang harus aku setrika sangat banyak jumlahnya dan aku baru memulai setrika sehabis sholat dhuhur.
Pada saat setrika aku sengaja memaksimalkan panasnya agar baju yang aku setrika lebih cepat licin dan mempersingkat waktu yang akiu butuhkan untuk menyelesaikan tumpukan baju-bajuku. Namun ternyata ketika aku menyetrika gamis hitamku tiba-tiba aku merasakan lengket dan ketika aku tarik setrikanya dari bajuku aku melihat lubang yang menganga di bagian dekat pundak. Karena sudah tidak memungkinkan untuk diperbaiki lagi, maka aku putuskan untuk membuangnya.
Sebenarnya aku biasa saja dengan kejadian di atas tetapi jika aku mengingat cerita yang aku buat dengan baju itu aku merasa sedikit menyesal telah merusaknya. Memang bajuku bisa dikatakan nggak banyak-banyak banget karen aku sendiri malas mencuci dan menyetrika baju yang banyak jadinya secukupnya saja biar nggak ngerepotin waktu beres-beresnya. Entah kenapa aku merasa setiap barangku membuat ceritanya masing-masing di memoriku. Entah aku yang berlebihan atau aku yang suka mengait-kaitkan sesuatu dengan memriku.
Alkisah, aku membeli gamis itu ketika aku masih kelas delapan SMP. Aku membeli gamis bersama temanku yang bernama Mr.x. Ketika kelas delapan kami memang sangat akrab dan hampir kemanapun aku pergi di situ ada dia (so sweet banget ya? wkwkwk). Keakraban kami bermula ketika kami sama-sama memfokuskan diri untuk berlatih sebuah beladiri Cina yang kalo diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah "Seni Berperang". Hampir setiap sore kami berlatih dan berlatih hingga teman seangkatan kami mengenal kami sebagai orang yang jago beladiri.
Beladiri ini memang menurutku spesial karena memadukan antara keindahan dan kekuatan sehingga tidak terkesan kaku atau lemah. Aku merasa cocok dengan beladiri ini dan rasa percaya diriku timbul stelah aku sedikit menguasai beladiri ini. Nah, kakak kelas kami yang juga belajar beladiri ini dan terkenal kuat mempunyai kesamaan dalam berpakaian yakni memakai gamis yang bewarna gelap dan yang paling dominan adalah hitam. Oleh karena itu, aku dan temanku juga ingin meniru gaya tersebut jadinya kami juga membeli gamis yang bewarna hitam (gaje banget ya?).
Selain kenangan tentang alasan kenapa aku beli gamis itu aku juga punya kenangan di kampung inggris Pare dengan baju itu. Saat itu kami mau mengadakan farewell party setelah dua minggu lamany aami bersama-sama menuntut ilmu di salah satu lembaga di sana. Karena cowoknya cuman empat dan tiga dantaranya adalah aku dan dua orang temanku jadinya kami kebingungan untuk menentukan penampilan apa yang akan kami bawakan di acara nanti. Karena dua orang temanku adalah atlet tekwondo maka mereka bersepakat untuk membuat sebuah penampilan dari salah satu jurus di taekwondo dan mengingat beladiriku mempunyai jurus yang gerakannya lumayan bagus mereka memintaku untuk menampilkannya sebagai penampilan utama dan itulah pertama kalinya aku menunjukkan gerakan itu di depan umum tentu saja dengan mengenakan gamis hitam itu.
Masih banyak sih cerita-cerita gaje tentang baju itu tapi udahlah mungkin bukan tempatnya kau mencatat di blog ini. Tapi aku memetik sebuah pelajaran
Bahwa seberapapun sesuatu itu berharga buat kita, penuh kenangan dan cerita, selama hal itu adalah sebuah makhluk maka akan tiba juga masanaya untuk sirna. Maka, apakah kita mau menukar kesenangan abadi kita dengan kesenangan SEMU dunia?Wallahu a'lam bi showwab
Posting Komentar