Realita (Sekadar Pengingat)


Alhamdulillah kita telah melaksanakan hari pertama puasa Ramadhan 1437 H. Sungguh jika allah tidak memberikan taufik dan hidayah maka tentunya kita semua tidak akan mampu untuk melaksanakan salah satu rukun Islam ini dengan sebaik-baiknya. Islam adalah agama yang banyak cobaannya, sering menjadi objek, dipermainkan, di anak-bawangkan apalagi semenjak keruntuhan Turki Usmani pada perang dunia pertama 1918 hingga 1924.

Cobaan demi cobaan silih berganti menggerogoti kesatuan dan persatuan umat Islam. Pemberontakan dari pihak dalam kerajaan hingga pebunuhan putra mahkota oleh sang sultan meski sang putra telah berhasil mengalahkna bajak laut yang berbahaya demi kerajaan lantaran hasutan keji salah seorang warga istana membuat Islam jatuh perannya setelah hambir 1000 tahun menguasai dunia.

Pada konteks puasa, cobaan-cobaan juga pasti ada dan hampir setiap kita berjalan di jalan kita akan menemui beberapa saudara kita yang tidak berpuasa meski dia seorang laki-laki yang masih kuat bekerja. Sampai saat ini kerja berat pada bulan puasa masih menjadi persoalan umat. 

Saudara kita yang mencari nafkah melalui pekerjaan berat seperti kuli bangunan sangat sulit untuk menjalankan ibadah puasa. Hal ini tentu saja dikarenakan tuntutan pekerjaan yang mengahruskan menguras fisik habis-habisan dari pagi hingga sore hari. Apabila mereka dimasukkan kedalam golongan yang tidak mampu berpuasa mereka juga tidak sanggup membayar fidyah yang dibebankan. Cari duit untuk keperluan lebaran bulan depan saja belum cukup bagaimana mau membayar fidyah.

Oleh karena itu, seandainya kedepan semangat keislaman bangsa ini menguat dan terus menguat tidak mustahil jika muncul peraturan atau kebijakan bahwa selama bulan Ramadhan pekerjaan berat seperti kuli bangunan dikerjakan pada malam hari dan siang harinya digunakan untuk berpuasa. Alangkah indahnya jika bisa seperti itu. 

Terdapat sebuah kalimat yang mengatakan kalo jadi orang miskin itu apes. Hidup susah Ibadah susah - Dunia melarat Akhirat juga melarat. Islam tidak menganjurkan untuk menjadi miskin bahkan sebaliknya Islam menganjurkan seorang muslim itu untuk kaya agar bisa menyantuni saudara-saudaranya yang miskin dan membantu mereka untuk menjadi kaya juga.

Paragraf di atas mungkin tidak semua orang setuju sebab ada juga sebagian kita yang megikuti tarekat-tarekat tertentu yang berpemahaman kurang lebih seperti ini "Semakin miskin kita, Semakin cepat kita masuk surga". Maksud kalimat dalam petik tersebut adalah dengan miskinnya kita, maka kita tidak mempunyai apa-apa untuk dihisab dan dipertanggung jawabkan sehingga semakin cepet hisabnya dan semakin cepet masuk surganya.

Namun, jika kita lihat 10 orang sahabat nabi yang dijamin masuk surga maka kita akan melihat deretan nama-nama pejuang tangguh dan juga merupakan saudagar-saudagar yang kaya raya. Abu bakar yang terkkenal dengan perang riddahnya pada masa kepemimpinannya. Umar ibnu Khattab yang terkenal dengan kegagahannya dan ekspansi pemerintahannya yang kemana-mana. Usman bin Affan yang terkenal dengan pembukuan mushafnya serta pembangunan sarana-prasarana. Ali bin Abi Thalib yng terkenal dengan perang Shiffin dan Jamala dalam meredam berbagai pemberontakan yang ada di dalam pemerintahannya. Mereka semua adalah golongan mujahid fi sabilillah selain juga pemilik harta yang melimpah namun mereka sedekahkan harta mereka di jalan Allah.

Selain masalah kemiskinan, umat Islam juga diuji dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang termasuk di dalamnya pendidikan. Bangsa Isarel mempunyai 1 orang doktor (s3) dari 400 penduduknya ketika Amerika memiliki 1 orang doktor dari 2000 penduduknya. Sedangkan Indonesia negara kita tercinta yang merupakan negara berpenduduk muslim terbesar mempunyai berapa doktor dari setiap 10.000 penduduknya?. 

Berapa juta penduduk Muslim yang masih buta huruf, putus sekolah, kesulitan biaya pendidikan, tidak punya gedung sekolah, dsb. Hal ini diperparah dengan sistem pendidikan yang dicurangi, calo, bocoran, contekan, mafia, dsb. mau sampai kapan umat Islam seperti ini? Apa yang sudah kita berikan untuk lingkunag sekitar kita setidaknya kepada diri kita sendiri dalam rangkan berkontribusi memperbaiki kondisi yang ada?

Banyak cara bahkan sungguh banyak sekali cara yang bisa kita ambil untuk ikut berkontribusi dalam memperbaiki keadaan ini. terkhusus untuk seorang pelajar maka kita harus giat belajar, fokus dengan masa depan kita. Ingat kita adalah harapan bangsa. Jangan sia-siakan waktuu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti nongkrong nggak jelas, nge-GAME yang kelewat batas, PACARAN, TIDUR, social media yang nggak kenal batas waktu batas tempat batas kondisi, dsb.

Hidup ini cuma sekali kawan. Maka ayo kita gunakan kesempatan berharga ini untuk meraih Ridho-Nya. Dalam rangka meraih Ridho-Nya kita harus mendapat ridho kedua orang tua kita karena ridha Allah itu linier dengan ridho orang tua. Nah, untuk meraih ridho orang tua kita harus membahagiakan mereka. Jadikan diri ini anak yang sholeh dan berbakti kepada orang tua serta mampu berkarya untuk kesejahteraan umat Islam. Ayo perbaiki diri kawan!! nggak ada yang terlambat untuk berubah (bertobta) selama hayat masih dikandung badan dan matahari masih terbit dari timur. Wallahu a'lam

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search