MAN Insan Cendekia Serpong :: Sebuah Cita-Cita

Logo IC yag warnanya mirip warna logo angkatan 20

Adalah hal yang wajar bagi seorang siswa SMP jika ia berkeinginan melanjtkan ke SMA yang bagus dan berkualitas apalagi menyediakan beasiswa full alias gratis tanpa bayar sepeserpun. Akulah siswa SMP tersebut. Aku mengenal madrasah ini dari perbincangan dengan abiku. Belia mengatakan bahwa madrasah ini merupakan sekolah yang didirikan oleh Eyang Habibie presiden RI ke-3 dan berbeasiswa full. Siswa-siswinya juga merupakan murid-murid pilihan dari seluruh penjuru Indonesia dan terkenal dengan berbagai prestasi yang mereka peroleh dalam berbagai ajang baik regional, nasional bahkan internasional.

Aku tertarik dengan apa yang disampaikan oleh abiku lantas aku mencoba untuk berguru kepada mbah Google tentang madrasah "istimewa" ini. Aku lupa entah mengapa keinginanku untuk masuk ke sekolah ini menggebu-gebu. Bahkan meskipun ketika itu aku masih duduk di kelas 7 aku sudah menentukan pilihan SMAku yakni MAN Insan Cendekia Serpong. Cita-citaku ini tentu saja mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuaku yang notabene merupakan sumber informasiku yang pertama.

Dalam upaya mendukungku, Abi memberikanku masukan-masukan tentang bagaimana mewujudkan mimpi, merancang masa depan, mengatur mindset, mengolah emosi, skala prioritas, mental pemenang, ilmu cara berpikir, dsb. Tidak tangung-tanggung Abi bahkan membuatkanku sebuah foto editan yang menggambarkan aku telah menjadi siswa MAN Insan Cendekia Serpong.

Foto penyemangat ketika SMP


Foto di atas sebenarnya diambil ketika aku, Abi, dan adikku sedang survei ke Pondok Modern Darussalam Gontor 1 di Ponorogo. 

Aku akui bahwa kekuatan foto itu sangat kuat di ingatanku dan tentu saja mempengaruhi alam bawah sadarku untuk terpacu mewujudkan cita-citaku memasuki sekolah impian tersebut. Hal ini merupakan salah satu yang diajarkan Abiku yakni sebelum tidur membayangkan sesuatu yang sangat diinginkan sehingga terbawa ke alam bawah sadar karena kekuatan alam bawah sadar jauh lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan alam sadar kita sehari-hari.

Semenjak kelas 7 aku mengikuti seleksi pembinaan olimpiade di SMP. Ada dua seleksi yang aku ikuti yani seleksi Matematika dan seleksi Fisika. Pada seleksi pertama Matematika, alhamdulillah aku menduduki peringkat pertama.Namun, pada seleksi kedua aku dinyatakan lulus sebagai anggota cadangan. Di sisi lain, aku juga mendapat peringkat pertama di seleksi Fisika dan dikarenakn hasil tersebut aku ditetapkan sebagai anggota utama pembinaan Fisika di SMP.

Pada awalnya aku tidak sepenuhnya menerima keputusan tersebut. Dalam hati aku masih berharap dimasukkan ke dalam bidang Matematika karena sejak SD aku suka banget sama matematika (ini ketika SD lho.. bukan SMA :D) sedangkan Fisika masih asing di telingaku. Aku tidak tahu apa itu Fisika, apa aja yang dipelajari, namanya aneh, soalnya juga nggak familiar. Namun, entah mengapa aku tetap saja menjalaninya dan ketika akhir SMP akhirnya aku juga suka padanya.

Aku mengikuti seleksi pembinaan olimpiade tentu saja  bukan tanpa sebuah sebuah alasan. Aku berencana dengan aku mendapat sertifikat-sertifikat lomba kemungkinanku diterima di sekolah  impian akan semakin lebar apalagi sertifikat lomba merupakan salah satu syarat seleksi administratif sekolah impian tersebut. Namun, perjalananku sungguh dipenuhi lika-liku yang tidak mengenakkan. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga (mungkin?) aku tidak pernah sekalipun mendapat juara selam dua tahun perjuanganku di kancah Fisika. Malahan temanku yang baru saja ikut di kelas delapan yang mendapatkan berbagai macam kemenangan. Hal  ini membuatku depresi bahkan merasa minder dan hampir putus asa untuk melanjtkan mimpiku ke sekolah impian.

Lagi-lagi entah mengapa aku tetap kekeh dengan cita-citaku (mungkin efek alam bawah sadar). Aku tetap belajar setiap hari tanpa lelah. Aku mengerjakan soal-soal TPA dari buku yang aku beli selepas dari suatu ajang perlombaang yang dimana itu adalah syukuran dari teman ku yang menag sedang aku tidak.

"Di sinilah Allah memberikan aku pelajaran tentang turut senang atas kesenangan orang lain meski saat itu engkau sedang tidak senang dan selalu berusaha ikhlas atas apapu yang telah terjadi."
In the End, Allah mengizinkan aku lulus dari MAN Insan Cendekia Serpong  tepat 40 hari yang lalu. Sungguh Allah telah menetapkan bagi setiap Hamba-Nya rezekinya masing-masing meskipun kadang harus melalui hal-hal pahit yang menurut akal tidak akan bisa meraih rezeki-Nya tersebut. Alhamdulillah.
Captured by Maariful Arifa

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search