Catatan Pagi 8 Juli 2019


Pagi ini untuk menghindari tidur pagi yang tidak produktif aku memutuskan untuk menghidupkan kembali “rencana” yang hidup-mati hidup-mati tidak konsisten. Lari pagi. Setelah ODOJ selesai bergegas ganti baju. Pemanasan sebentar terus gas lari. Lari kali ini terasa lebih ringan karena sudah aku mulai sejak minggu kemarin. Jarak yang awalnya cukup membuat kaki pegel-pegel, nafas seperti mau habis dan perut kram sudah tidak ada lagi rasanya. Bahkan sensai santai, senang dan rileks yang didapat.

Setelah lari pagi selesai aku mampir ke warung pecel dekat asrama. Sehabis makan kugunakan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan ibu warungnya dan bapak-bapak sepuh yang lagi makan pecel juga. Banyak sekali cerita-cerita slice of life yang keluar di obrolan kami. Aku pun sebagai anak “kecil” yang notabene hanya punya pengalaman hidup sedikit mendapatkan banyak pelajaran.

Pernikahan harus benar-benar dipersiapkan

Iya. Momen yang sakral ini memang harus dipersiapkan matang-matang. Once a life an forever. Itu idealnya. Karena yang menjadi ujian bukan saat persiapannya atau saat akad dan resepsinya. Tapi, kehidupan setelahnya.

Ada sebuah keluarga yang sang suami jarang bekerja. Mungkin dia kuli bangunan atau apa yang bekerja ketika ada proyek bangunan. Akhirnya sang istri bekerja di warung orang untuk memenuhi kebutuhan. Padahal mereka punya anak. Lah terus yang ngerawat anaknya siapa? Anaknya dikasihkan ke kakaknya dong :v Jadi kamu nitipin anakmu ke kakakmu karena kamu sibuk bekerja dan “tidak bisa” merawat ketika sedang bekerja. Padahal dua kali melahirkan dua kali caesar juga. Terenyuh ga sih? Semoga berkah ya bu kerjanya. Semoga nak-anaknya jadi anak yang sholeh sholehah.

Anak tidak akan jauh beda dengan orang tuanya

Pernah denger peribahasa “Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya” ? begitu juga anak. Karena kita sebagai manusia itu dibentuk oleh genetik dan lingkungan which is genetik sudah pasti dariorang tua dan lingkungan (normally) kita diasuh juga oleh orang tua maka kita akan mirip dengan genetik dan cara pengasuhan orang tua kita.

Mungkin hikmah dari hadist nabi tentang memilih pasangan yang baik nasabnya (bukan yang bangsawan) adalah biar pasanagn kita orang baik dan akan mendidik anak kita menjadi orang yang baik juga. Meskipun memang ada orang tua baik anaknya tidak baik dan orang tua tidak baik anakanya baik. Aku punya teman-temen seperti itu tapi mereka bukan mayoritas. Hanya segelintir orang.

Dalam obrolan kami juga ada seorang anak perempuan yang besarnya sekarang kurang baik (kalo di sini bahasanya kurang nggenah) disebebkan orang tuanya juga seperti itu. Akhirnya kehidupan keluarganya kurang baik.

Adapula orang tua yang di depan tetangganya membangga-banggakan anaknya selangit. Anaknya dikurung di rumah agar tidak bergaul dengan anak-anak lainnya. Eh besarnya sekarang dia jadi kuli bangunan. Anaknya kurang pintar tapi di depan tetangga dipuji setinggi langit dan anaknya disembunyikan biar sang orang tua tidak ketahuan jika berbohong.

Karen ajam sudah menunjukkan 07.28 aku harus segere persiapan masuk jam kantor. Cukup sekian tulisan singkat ini. Semoga bisa diambil hikmahnya temna-teman. See you on top.

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search