Nyetir Mobil = Nyetir Kehidupan

Hari ini hari keduaku belajar menyetir mobil. Sebenernya sudah sejak kela 6 sd aku sudah diajari nyetir tapi selama SMP dan SMA vakum akhirnya kemampuanku tidak berkembang dan tetep saj abelum bisa nyetir dengan baik dan benar. Siang tadi aku dan abi berangkat jam 13.00 dan latihan di sekitar kompleks masjid Al-Akbar Surabaya. Awal mulanya kita berlatih mengitari kompleks masjid dan di sini aku belajar memperkirakan gas, kopling, rem dan seberapa jauh aku harus memutar kemudi. Hal yang sering luput dariku adalah seberapa jauh aku harus memutar kemudi agar belok dengan sempurna.

Setelah dirasa cukup latihan dilanjutkan di dalam kompleks masjid. Nah, latihannya sekarang adalah latihan untuk parkir. Awalnya memang susah euy. Aku bingung ini gimana cara kira-kira biar badan mobil pas di dalam garis putih. Setelah berjam-jam latihan alhamdulillah tangan, kaki dan mataku mulai terbiasa. Yang paling sulit itu parkir mundur. Beuh harus cepet tangannya muter haluan kanan-kiri agar pas masuk di dalam garis putih. Selain itu kaki harus seimbang antara rem, gas dan kopling. Tak jarang aku kelupaan ngegas dan terlalu ngelepas kopling sehingga mesin mobil mati.

Belajar nyetir mobil emang sebelas dua belas dengan menyetir diri (Lah kok?). Iya kita harus bisa tetap mengikuti jalan meskipun banyak halangan rintangan. Kita harus bisa berkoordinasi dengan anggota-anggota badan kita sebagaimana kita berkoordinasi saat menyetir mobil. Jika aku analogikan kaki itu seperti  pikiran yang dapat memerintahkan kita untuk ngegas (melakukan sesuatau), ngerem (berhenti melakukan sesuatu), dan ngopling (transisi sesaat dlam melakukan beragam aktifitas). Kalau tangan saat nyetir itu ibarat hati dalam kehidupan di mana ia mampu menentukan apakah sekarang saatnya gear 1,2,3 atau bahkan saatnya mundur. Hati kita bisa mengontrol emosi kita apakah saat ini saya biasa saja, senang, sedih, semangat dan sebagainya. Terkhir mata kepala kita saat menegemudi itu ibarat kesadaran kita dalam hidup. Jika kesadarab kita jernih maka kita akan bisa melihat apakah disekitar kita ada masalah, apakah akan ada yang menyalip atau mungkin ada yang hendak menyerempet bahkan menubruk.

Jika kita bisa berkoordinasi dengan mereka semua secara baik alangkah indahnya hidup kita. Hati kita akan tetap tentram meski dicaci, diuji, dikhianati karena kita bisa mengendalikan gear kita apakah biasa saja, senang ataupun sedih. Pikiran kita akan senantiasa positif yang berakibat seluruh aktifitas yang kita lakukan semuanya juga akan positif dan tanpa mengabut ria membuang waktu. Dan Kualitas diri kita akan selalu lebih baik karena kita selalu mawas diri dan berkaca apakah kita sudah semakin baik hari ke hari. 

Adzan Ashar berkumandang dan latihan pun dicukupkan. Selepas sholat ashar aku teringat ya sebuah momen kecil waktu ramadhan kemarin. Waktu itu Ivan lagi berkunjung ke Sidoarjo sendirian (lah ngapain?). Dia mau ngajak aku untuk mengahdiri safari dakwahnya Muzammil seorng Quran Reciter terkenal beberap tahun ini. Ivan nginep beberapa hari sebelum hari pelaksanaan sehingga kami masih ada kesempatan untuk jalan-jalan.

Pada waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 8 malam lebih dan kami masih belum menunaikan sholat isya'. Nah, kebetulan kami lewat di dekat masjid Al-akbar Surabaya jadilah kami mampir ke sana sebentar. Ketika Sholat (aku lupa sholatnya apa tapi sepertinya witir) di rakaat terakhir, ketika ivan takbir untuk rukuk aku nggak kedengaran dan ketika aku sadar eh dianya udah sujud (duh gusti) aku langsung bingung lah kok dia usah sujud? wah aku ketiduran nih. Entah kenapa mengingat aku tidu rberdiri buat aku ketawa sendiri jadinya. Ternyata khusyu' ku belum ada baunya atau malah saking berbau sampai-sampai ketiduran. Astagfirullah.

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search